densitas ruang waktu

Sumber foto Pinterest

Seorang manusia yang bergerak dalam bidang kreatif memiliki pandangan unik terhadap waktu. Alasan mereka membuat karya yang bagus selalu dihubungkan dengan kualitas waktu (mood) dari seorang seniman. Contohnya, dalam kondisi yang bagus, seorang mampu membuat karya yang booming namun disisi lain mereka kadang menghabiskan banyak waktu untuk hal yang biasa saja.

Orang-orang yang menjalankan SOP (pegawai) mungkin jarang menemui waktu yang saya maksudkan. Karena mereka mengerjakan hal-hal yang sudah dicanangkan sebelumnya. Berbeda halnya dengan pekerja kreatif yang hidup dengan ketidakteraturan. Bahkan apa yang harus dilakukan terkadang menunggu perenungan berhari-hari.

Ketika saya mencoba memberi jarak pada peristiwa tersebut, saya teringat tentang konsep kerapatan yang pernaah saya pelajari saat masih kuliah di jurusan pendidikan fisika. Semisal ada botol 1 liter yang diisi air penuh dan dibandingkan dengan botol yang satunya tanpa ada air, tentu ada value yang bisa kita ambil dari peristiwa itu.

Apa yang terjadi jika kita membuang botol tersebut dan menggantinya dengan variable waktu? Ternyata waktu 24 jam dalam sehari bagi seorang pekerja kreatif itu sangatlah relatif. Karena pekerja kreatif biasanya menggunakan sistem deadline, maka tidak jarang dari mereka mengerjakannya saat h-1 sebelum deadline itu tiba.

Dari kasus tersebut, kita amati terdapat waktu yang merapat. Jika seorang pekerja kreatif diberi deadline 1 minggu, maka mereka akan mengerjakannya di 2 hari terakhir. Dalam hal ini kita tahu bahwa ada variable lain yang mengalami perubahan densitas. Jika waktu adalah sebuah ruang, maka variable apa yang merapat?

Kita bisa mengatakan produktivitaslah yang meningkat. Faktor apa saja yang mempengaruhui nya? Diantara faktor yang berperan adalah pengalaman empirik. Jika seseorang menjual sebuah karya, itu rumusnya adalah hasil karya + pengalaman kreatif + story. Maka dari itu biasa kita temui ada karya yang simple tapi mampu menarik peminat yang mau membayarnya dengan mahal.

Maka dari itu produktifitas pekerja seni sangatlah berbeda dengan orang-orang biasa yang bekerja hanya dengan menjalani apa yang menjadi SOP dari bosnya. Dari sini kita tahu bahwa dalam melakukan apapun kita harus totalitas dan penuh peresapan jika ingin menghasilkan suatu karya yang memiliki jiwa. Densitas dari produktifitas dalam waktu juga akan meningkat seiring dengan bertambahnya pengalaman seseorang.

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *